Senin, 28 September 2015

Hidup, Raja Dogar dan Kuda Renggong!

Redaksi T-Zone | 00.01

DOMBA, KUDA >>Penampilan Raja Dogar (Domba Garut) dari Garut dan atraksi seni Kuda Renggong dari Sumedang  mendapat sambutan meriah dari warga Banjar pada helaran Seni Budaya Sunda wilayah Priangan, Sabtu pagi.  Tepuk tangan nan riuh terdengar saat seniman Dogar dan kuda menari.
Raja Dogar adalah kesenian asal Garut berupa duplikasi domba garut, dengan ukuran lebih besar dari domba betulan. Duplikasi domba garut itu digerakkan oleh seniman yang terbungkus “atribut” seperti domba.
Dengan ditingkah tabuhan tradisional pencak silat dan semacamnya, Raja Dogar yang biasanya dua, menari-nari seperti domba garut yang akan bertanding. Kedua raja dogar di arena berhadapan layaknya domba, mundur beberapa langkah kemudian maju. Duk! Keduanya beradu.
Saat Raja Dogar beraksi, beberapa orang menari. Beberapa orang lagi bertindak sebagai perawat domba.
Tetapi, sebagai sebuah pintonan hiburan, kesenian Dogar itu syarat dengan humor. Dalam beberapa fragmen, tak jarang, Raja Dogar digambarkan saling kejar, seperti domba betina dan jantan akan kawin.
Sedangkan kuda renggong, adalah atraksi kuda menari ditingkah alat hiburan Sunda seperti kendang. Sang kuda menari dengan panduan pawing kuda yang juga lihai menari, melenggok-lenggok di arena. Apapun perintah pawang, sang kuda menurut.
“Hebat juga ya kesedian Dogar dan kuda renggong,” gumam beberapa warga Banjar yang menyaksikan helaran seni budaya Sunda pada Saptu pagi yang sedikit mendung.
Jangan heran, jika Walikota Banjar H. Herman Sutrisno dan beberapa unsure muspida Banjar lainnya, bertepuk riuh saat menyaksikan aksi kedua kesenian tersebut.>>aps

Helaran Seni Raja Dogar di Monumen Perjuangan Rakyat Jabar

Aksi kesenian Raja Dogar meriahkan acara seni helaran bertempat di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, Sabtu (23/7).
Kesenian hasil karya Entis Sutisna, asal Cikarag, Malangbong, Kab. Garut itu menggambarkan suasana perhelatan seni ketangkasan domba Garut, sebagai idiom khas Kab. Garut.
Hal menarik dan cukup mengundang tawa penonton pada siang yang terik, adalah penambahan unsur komikal yang sangat kuat dengan adanya peran para bobotoh dan wasit layaknya dalam sebuah pertandingan seni ketangkasan domba Garut.
Raja Domba Garut (Raja Dogar)diwujudkan dengan bentuk barongan besar yang berkostum domba besar dimainkan dua orang untuk setiap domba.
Seorang pemain di bagian depan memposisikan diri sebagai kepala dan satunya lagi di bagian belakang (ekor domba).
Pegelaran sendiri diawali dengan kemuncul para bobotoh berpakaian kampret menarikan ibing pencak silat.
Layaknya membuka suatu liga seni ketangkasan domba Garut, para bobotoh melakukan beberapa gerakan adu ilmu dan seterusnya pertandingan dombapun dilakukan.
Bukan hanya aksi kedua domba saat beradu saja yang mengundang tawa, tapi juga aksi domba saat menanduk bobotoh dan bahkan penonton. Akibatnya, penonton yang berada di bagian depan berhamburan seraya tertawa terpingkal-pingkal.
Seni helaran yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB, dibuka dengan kesenian seni Badawang dari Kab. Bandung, seni Raja Dogar (Kab. Garut), seni Barongsai (Kota Bandung), seni Langir Badong (Kota Bogor), seni Topeng Barong (Kota Cirebon) dan seni Gotong Singa (Kab. Subang).
“Seni helaran yang ditampilkan merupakan salah satu kekayaan khasanah kesenian yang dimiliki setiap daerah di Jawa Barat, selama ini hanya ditampilkan pada waktu-waktu tertentu dan kurang begitu diketahui masyarakat,” ujar Kepala Seksi Seni Kontemporer dan Perfilman, di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Adja Sondari, S.Sn

Kamis, 07 Januari 2010

Seni Raja Dogar


Seni “Raja Dogar” merupakan salah satu seni kreasi dari pimpinannya yakni seorang kader seniman yang telah lama berkecimpung dalam dunia seni yang bernama Entis Sutisna. Dia adalah salah satu alumnus KOKAR yang telah lama berkecimpung di dunia kesenian khususnya kesenian tradisional Jawa Barat.
Berangkat dari keinginannya untuk menuangkan ide karya yang khas dari daerah Garut maka muncullah gagasan untuk membuat kreasi seni “Raja Dogar” ini. Raja Dogar dapat diartikan Rajanya Domba Garut, dengan idiom hewan khas bagi masyarakat Garut yakni Domba Garut, Raja Dogar adalah bentuk perwujudan kesenian helaran yang bersifat kalangenan dengan menggunakan idiom Domba Garut sebagai ciri khas dalam pertunjukannya.
Atas dasar keingingan yang kuat dari seorang Entis Sutisna untuk menciptakan seni kreasi yang khas berdasarkan idiom khas Garut, maka realisasinya sejak 18 Desember tahun 2005 bertempat di Cikarag Malangbong Garut Kesenian ini lahir. Sejak itulah dengan gerakannya untuk menggerakkan apresiasi dan respon masyarakat setempat terhadap keberadaan kesenian tradisional, Raja Dogar telah menjadi seni kreasi yang lahir dengan bentuk baru yang mana seacara artistik seni ini tidak lepas dari kekhasan tradisi dan daerah setempat sebagai idiom yang memperkuat terwujudnya kesenian ini.
Kesenian ini adalah kesenian berbentuk Helaran, dimana dalam pertunjukan khasnya adalah adanya Raja Dogar yakni Rajanya Domba Garut yang diwujudkan dengan bentuk seperti Barongan Besar yang berkostum Domba yang sangat besar yang dimainkan 2 orang untuk setiap Domba. Dimana 1 orang bermain dibagian depan (kepala Domba) dan yang 1 lainnya berperan di belakang (ekor domba). Secara dramatik, seni ini menggambarkan suasana perhelatan Adu Domba (pertandingan Domba) sebagai idiom khas daerah Garut dengan penambahan unsur-unsur komikal yang sangat kuat dengan adanya peran-peran para bobotoh dan wasit layaknya dalam sebuah pertanding/Adu Domba.
Kini, karena kuatnya pengaruh sang kreator (Entis Sutisna) atau penggagas seni ini, sejak kepindahannya sekitar tahun 2007 kesenian ini beralih tempat di Kp. Loji Desa Keresek Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut. Dengan keberadaannya saat inilah sang penggagas berharap seni ini menjadi ikon tersendiri bagi daerah di mana Seni Raja Dogar saat ini berada. Tentunya ia berharap, dengan Kegiatan Pemberdayaan Sarjana Seni ini seni Raja Dogar akan terus makin berkembang dan eksis serta menjadi ikon baru bagi masyarakat Garut saat ini.